Dilihat 0 Kali

001_230_download (1).jpg

Selasa, 09 September 2025 11:47:00 WIB

Rektor Mengajak Maba S2-S3 Pascasarjana Untuk Menjadi Bagian dari Lokomotif Ilmu Pengetahuan

Yogyakarta – Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Sosialisasi Pembelajaran (Sospem) bagi mahasiswa baru program Magister (S2) dan Doktor (S3) pada Senin (8/9/2025) di Aula Pascasarjana. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang dirancang untuk memberikan pembekalan awal, sekaligus menanamkan nilai-nilai akademik bagi mahasiswa yang akan memulai studi.

Acara dibuka dengan sambutan dari Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan. Dalam arahannya, Noorhaidi menegaskan bahwa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga adalah salah satu yang tertua di Indonesia, dengan tradisi akademik yang kuat sejak awal berdirinya. Namun, di tengah perubahan zaman, mahasiswa dituntut untuk terus berinovasi dan tidak cepat puas.

“Dulu, lulusan S2 dianggap sangat istimewa, bahkan didewakan. Tetapi sekarang, tantangannya berbeda. Dunia akademik menuntut inovasi, integritas, dan daya saing. Mahasiswa tidak boleh puas hanya menjadi penonton atau bahkan pecundang akademik. Mereka harus berperan sebagai agen transformasi,” tegas Noorhaidi.

Ia juga menyoroti pentingnya program-program unggulan yang ditawarkan Pascasarjana, seperti double degree dan fast track, yang membuka peluang bagi mahasiswa untuk berkompetisi di tingkat global. “Perkembangan teknologi telah mengubah wajah dunia, termasuk dunia akademik. Pascasarjana harus menjadi lokomotif perubahan dengan melahirkan lulusan yang siap menghadapi era digital,” tambahnya.

Direktur Pascasarjana, Prof. Much. Nur Ichwan, dalam kesempatan yang sama menyampaikan apresiasi atas kehadiran para mahasiswa baru. Ia menekankan bahwa setiap mahasiswa memiliki tipologi belajar masing-masing, dan mengenali diri sejak awal akan sangat membantu dalam menyelesaikan studi.

“Dari pengalaman selama ini, ada berbagai tipologi mahasiswa. Ada yang sat set, cepat, bekerja keras, dan tahan banting. Ada juga yang seperti kura-kura, lambat sekali. Tantangannya datang bukan hanya dari dosen, tapi juga dari kawan sesama mahasiswa. Silakan identifikasi diri Anda masuk kategori yang mana,” ungkap Nur Ichwan.

Ia juga mengatakan “Mahasiswa pascasarjana harus mampu mengatur ritme studi dengan baik. Jangan menunggu bimbingan datang, tapi proaktif mencari ilmu, menulis, dan menyelesaikan penelitian. Target kita jelas: studi selesai tepat waktu dengan karya yang bermutu,” ujar Nur Ichwan.

Kontrak Belajar dan Pentingnya Timeline

Materi pertama dibawakan oleh Dr. Najib Kaelani yang menekankan pentingnya kontrak belajar. Ia mengibaratkan perjalanan akademik sebagai sebuah rute perjalanan yang membutuhkan peta dan arah yang jelas.

“Setiap mahasiswa harus memiliki timeline sejak awal. Tiap semester harus ada target, mulai dari membaca literatur, menyiapkan data, hingga menyusun ide penelitian. Jika disiplin dengan rencana, maka beban studi tidak akan menumpuk di akhir,” jelas Najib.

Menurutnya, manajemen waktu adalah kunci sukses studi pascasarjana. Mahasiswa yang mampu membagi waktu antara kuliah, membaca, riset, dan penulisan akan lebih mudah menyelesaikan studi tepat waktu.

Integritas Akademik dan Pemanfaatan AI

Sesi berikutnya menghadirkan Dr. Sunarwoto dengan moderator Dr. Suhadi. Ia mengangkat tema integritas akademik, menegaskan bahwa reputasi sebuah kampus tidak hanya bergantung pada akreditasi, melainkan pada dedikasi ilmiah yang jujur.

“Plagiarisme bukan sekadar masalah teknis, tetapi soal moral dan marwah akademik. Standar kita adalah 0% plagiarisme. Similarity check hanyalah alat bantu, yang utama adalah kejujuran dan tanggung jawab intelektual,” tegas Sunarwoto.

Ia juga menyoroti tren penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam penulisan ilmiah. Menurutnya, AI boleh digunakan sebagai alat bantu teknis, misalnya dalam analisis data atau tata bahasa, namun tidak boleh menggantikan proses berpikir kritis mahasiswa. “Ilmuwan sejati adalah mereka yang berpikir, membaca, dan menulis dengan kritis, bukan yang menyerahkan karyanya pada mesin,” ujarnya.

Relasi Sosial, Empati, dan Komunikasi

Materi ketiga disampaikan oleh Dr. Ita Rodiah, dimoderatori oleh Dr. Akmal Insan. Ia menekankan pentingnya relasi sosial, empati, dan komunikasi dalam perjalanan akademik mahasiswa.

“Relasi paling mendasar adalah dengan diri sendiri. Jika kita tidak mengenali diri, sulit membangun hubungan yang sehat dengan orang lain,” kata Ita.

Ia mengingatkan bahwa komunikasi yang bijak, baik dengan dosen pembimbing maupun sesama mahasiswa, menjadi kunci terciptanya suasana akademik yang kondusif. “Bahasa bisa menjadi kekuatan yang membangun, sekaligus bisa menghancurkan. Karena itu, penting berhati-hati dalam berucap maupun menulis,” imbuhnya.

Selain itu, Ita juga mendorong mahasiswa untuk membangun networking dan personal branding positif agar ilmu yang diperoleh berdampak luas.

Regulasi Diri dan Resiliensi

Sesi terakhir menghadirkan Dr. Yunus Masrukhin dengan moderator Dr. Fauzi. Ia membawakan tema regulasi diri yang meliputi adaptasi, manajemen waktu, goal setting, dan resiliensi.

“Regulasi diri adalah kemampuan mengelola pikiran, emosi, dan perilaku untuk mencapai tujuan. Mahasiswa pascasarjana harus punya daya tahan menghadapi tekanan, serta konsistensi dalam menjalani proses,” jelas Yunus.

Menurutnya, penetapan tujuan sejak awal akan membuat arah studi lebih terukur. Sementara itu, resiliensi menjadi bekal penting untuk bangkit dari hambatan dan kegagalan. “Kunci sukses studi pascasarjana adalah disiplin, konsistensi, dan daya juang,” tegasnya.

Dari rangkaian materi pada hari pertama sosialisasi pembelajaran, tercatat beberapa poin utama yang menjadi penekanan, yaitu menjaga integritas akademik, memiliki perencanaan studi yang matang, mengembangkan empati serta komunikasi yang sehat, dan memperkuat regulasi diri agar mampu menyelesaikan studi tepat waktu.

Dengan bekal tersebut, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga berharap mahasiswa baru tidak hanya sukses menempuh studi, tetapi juga mampu memberi kontribusi nyata sebagai ilmuwan, pemikir, dan agen perubahan di tengah masyarakat.