Yogyakarta – Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Sosialisasi
Pembelajaran (Sospem) bagi mahasiswa baru program Magister (S2) dan Doktor
(S3) pada Senin (8/9/2025) di Aula Pascasarjana. Kegiatan ini merupakan agenda
tahunan yang dirancang untuk memberikan pembekalan awal, sekaligus menanamkan
nilai-nilai akademik bagi mahasiswa yang akan memulai studi.
Acara
dibuka dengan sambutan dari Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan.
Dalam arahannya, Noorhaidi menegaskan bahwa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
adalah salah satu yang tertua di Indonesia, dengan tradisi akademik yang kuat
sejak awal berdirinya. Namun, di tengah perubahan zaman, mahasiswa dituntut
untuk terus berinovasi dan tidak cepat puas.
“Dulu,
lulusan S2 dianggap sangat istimewa, bahkan didewakan. Tetapi sekarang,
tantangannya berbeda. Dunia akademik menuntut inovasi, integritas, dan daya
saing. Mahasiswa tidak boleh puas hanya menjadi penonton atau bahkan pecundang
akademik. Mereka harus berperan sebagai agen transformasi,” tegas Noorhaidi.
Ia juga
menyoroti pentingnya program-program unggulan yang ditawarkan Pascasarjana,
seperti double degree dan fast track, yang membuka peluang bagi
mahasiswa untuk berkompetisi di tingkat global. “Perkembangan teknologi telah
mengubah wajah dunia, termasuk dunia akademik. Pascasarjana harus menjadi
lokomotif perubahan dengan melahirkan lulusan yang siap menghadapi era digital,”
tambahnya.
Direktur Pascasarjana, Prof. Much. Nur Ichwan,
dalam kesempatan yang sama menyampaikan apresiasi atas kehadiran para mahasiswa
baru. Ia menekankan bahwa setiap mahasiswa memiliki tipologi belajar
masing-masing, dan mengenali diri sejak awal akan sangat membantu dalam
menyelesaikan studi.
“Dari pengalaman
selama ini, ada berbagai tipologi mahasiswa. Ada yang sat set, cepat, bekerja keras, dan tahan banting. Ada juga
yang seperti kura-kura, lambat sekali. Tantangannya datang bukan hanya dari
dosen, tapi juga dari kawan sesama mahasiswa. Silakan identifikasi diri Anda
masuk kategori yang mana,” ungkap Nur Ichwan.
Ia juga
mengatakan “Mahasiswa pascasarjana harus mampu mengatur ritme studi dengan
baik. Jangan menunggu bimbingan datang, tapi proaktif mencari ilmu, menulis,
dan menyelesaikan penelitian. Target kita jelas: studi selesai tepat waktu
dengan karya yang bermutu,” ujar Nur Ichwan.
Kontrak Belajar dan Pentingnya Timeline
Materi
pertama dibawakan oleh Dr. Najib Kaelani yang menekankan pentingnya kontrak
belajar. Ia mengibaratkan perjalanan akademik sebagai sebuah rute perjalanan
yang membutuhkan peta dan arah yang jelas.
“Setiap
mahasiswa harus memiliki timeline sejak awal. Tiap semester harus ada
target, mulai dari membaca literatur, menyiapkan data, hingga menyusun ide
penelitian. Jika disiplin dengan rencana, maka beban studi tidak akan menumpuk
di akhir,” jelas Najib.
Menurutnya,
manajemen waktu adalah kunci sukses studi pascasarjana. Mahasiswa yang mampu
membagi waktu antara kuliah, membaca, riset, dan penulisan akan lebih mudah
menyelesaikan studi tepat waktu.
Integritas Akademik dan Pemanfaatan AI
Sesi
berikutnya menghadirkan Dr. Sunarwoto dengan moderator Dr. Suhadi. Ia
mengangkat tema integritas akademik, menegaskan bahwa reputasi sebuah kampus
tidak hanya bergantung pada akreditasi, melainkan pada dedikasi ilmiah yang
jujur.
“Plagiarisme
bukan sekadar masalah teknis, tetapi soal moral dan marwah akademik. Standar
kita adalah 0% plagiarisme. Similarity check hanyalah alat bantu, yang
utama adalah kejujuran dan tanggung jawab intelektual,” tegas Sunarwoto.
Ia juga
menyoroti tren penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam penulisan ilmiah.
Menurutnya, AI boleh digunakan sebagai alat bantu teknis, misalnya dalam
analisis data atau tata bahasa, namun tidak boleh menggantikan proses berpikir
kritis mahasiswa. “Ilmuwan sejati adalah mereka yang berpikir, membaca, dan
menulis dengan kritis, bukan yang menyerahkan karyanya pada mesin,” ujarnya.
Relasi Sosial, Empati, dan Komunikasi
Materi
ketiga disampaikan oleh Dr. Ita Rodiah, dimoderatori oleh Dr. Akmal Insan. Ia
menekankan pentingnya relasi sosial, empati, dan komunikasi dalam perjalanan
akademik mahasiswa.
“Relasi
paling mendasar adalah dengan diri sendiri. Jika kita tidak mengenali diri,
sulit membangun hubungan yang sehat dengan orang lain,” kata Ita.
Ia
mengingatkan bahwa komunikasi yang bijak, baik dengan dosen pembimbing maupun
sesama mahasiswa, menjadi kunci terciptanya suasana akademik yang kondusif.
“Bahasa bisa menjadi kekuatan yang membangun, sekaligus bisa menghancurkan.
Karena itu, penting berhati-hati dalam berucap maupun menulis,” imbuhnya.
Selain itu,
Ita juga mendorong mahasiswa untuk membangun networking dan personal
branding positif agar ilmu yang diperoleh berdampak luas.
Regulasi Diri dan Resiliensi
Sesi
terakhir menghadirkan Dr. Yunus Masrukhin dengan moderator Dr. Fauzi. Ia
membawakan tema regulasi diri yang meliputi adaptasi, manajemen waktu, goal
setting, dan resiliensi.
“Regulasi
diri adalah kemampuan mengelola pikiran, emosi, dan perilaku untuk mencapai
tujuan. Mahasiswa pascasarjana harus punya daya tahan menghadapi tekanan, serta
konsistensi dalam menjalani proses,” jelas Yunus.
Menurutnya,
penetapan tujuan sejak awal akan membuat arah studi lebih terukur. Sementara
itu, resiliensi menjadi bekal penting untuk bangkit dari hambatan dan
kegagalan. “Kunci sukses studi pascasarjana adalah disiplin, konsistensi, dan
daya juang,” tegasnya.
Dari
rangkaian materi pada hari pertama sosialisasi pembelajaran, tercatat beberapa
poin utama yang menjadi penekanan, yaitu menjaga integritas akademik, memiliki
perencanaan studi yang matang, mengembangkan empati serta komunikasi yang
sehat, dan memperkuat regulasi diri agar mampu menyelesaikan studi tepat waktu.
Dengan
bekal tersebut, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga berharap mahasiswa baru tidak
hanya sukses menempuh studi, tetapi juga mampu memberi kontribusi nyata sebagai
ilmuwan, pemikir, dan agen perubahan di tengah masyarakat.