Yogyakarta, 10 September 2025 – Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pusat Studi Agama dan Isu-isu Kontemporer (PuSAIK) menggelar Workshop Disability Awareness. Acara ini diikuti mahasiswa, dosen, dan komunitas pegiat disabilitas dengan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang.
Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh MC, dilanjutkan sambutan dari Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Moch. Nur Ichwan, S.Ag., M.A., serta Pembina PuSAIK, Dr. Suhadi, S.Ag., M.A., yang sekaligus membuka acara secara resmi.
Setelah sesi penyegaran suasana melalui ice breaking, peserta mendapatkan materi pertama dari Prof. Rofah, M.A., Ph.D. tentang pentingnya menggeser paradigma lama mengenai disabilitas. Ia menekankan bahwa disabilitas bukanlah masalah individu, melainkan hambatan sosial akibat lingkungan yang tidak aksesibel.
Materi kedua disampaikan oleh Arif Prasetyo, S.Sos., staf Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga sekaligus penyandang tunanetra. Ia membahas disabilitas dalam perspektif agama, dengan menegaskan bahwa rumah ibadah wajib ramah bagi semua umat, termasuk difabel.
Kemudian, Frater Toberias Anri dari Universitas Sanata Dharma membawakan materi tentang toleransi dan persaudaraan antaragama. Ia mengingatkan bahwa toleransi hanya mungkin terwujud melalui dialog yang aman, terbuka, dan penuh empati, dimulai dari ruang terkecil yaitu keluarga.
Setelah ketiga sesi materi, peserta mengikuti diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion), di mana mereka berbagi pengalaman dan merumuskan gagasan tentang inklusivitas di kampus maupun ruang keagamaan. Hasil diskusi dipresentasikan bersama, menambah perspektif praktis tentang cara membangun lingkungan yang lebih ramah disabilitas.
Pada sesi siang, peserta diajak mengunjungi beberapa fasilitas kampus yang mendukung aksesibilitas, antara lain rumah ibadah di lingkungan UIN Sunan Kalijaga, Kantor Layanan PLD, serta Perpustakaan Pusat dengan fasilitas ramah disabilitas.
Acara ditutup dengan sesi kebersamaan, doa, dan foto bersama. Seluruh rangkaian kegiatan menegaskan pentingnya kerja kolektif untuk membangun masyarakat yang inklusif, di mana keberagaman dan aksesibilitas menjadi nilai utama. <KMP>