Yogyakarta, 11 Desember 2025, pukul 15.00 — Graduate Reading
Space (GRS) yang bertempat di halaman Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga kembali
menjadi ruang diskusi intelektual melalui perdebatan filosofis yang
menggugat fondasi pemikiran lama.
Kegiatan rutin mingguan kali ini diampu oleh Prof. Dr. Machasin, M.A., dan diikuti oleh mahasiswa Pascasarjana serta mahasiswa dari berbagai fakultas. Pada sesi keempat ini, diskusi melanjutkan pembacaan dan pendalaman terhadap buku al-Turāts wa al-Tajdīd karya Hasan Hanafi.
Baca Juga: GRS Season 3: Menggali Ulang al-Turāṡ wa al-Tajdīd Karya Hasan Hanafi bersama Prof. Machasin
Prof. Machasin memberikan analisis tajam mengenai faktor-faktor yang menghambat kemajuan ilmiah dan kemerdekaan berpikir dalam tubuh umat Islam. Warisan intelektual klasik—khususnya dalam bidang teologi dan filsafat yang diwakili oleh tokoh-tokoh seperti Al-Kindi dan Al-Farabi—dikritik sebagai salah satu akar persoalan yang melanggengkan pola pikir stagnan.
Kepercayaan terhadap konsep qaḍā’ dan qadar,
lanjutnya, kerap berubah menjadi beban psikologis yang membelenggu. Konsep
tersebut sering digunakan untuk membenarkan kegagalan dengan dalih bahwa sekuat
apa pun usaha manusia, takdir tidak dapat dihindari.
Poin krusial lain yang mengemuka dalam diskusi adalah posisi akal. Dalam tradisi pemikiran lama, akal sering kali hanya ditempatkan sebagai alat pembenar teks agama, bukan sebagai instrumen kritis untuk menganalisis realitas secara mandiri. Akibatnya, tradisi berpikir menjadi stagnan dan terjebak dalam pola imitatif yang membelenggu kebebasan intelektual.
“Kenyataan ini memang sulit dimungkiri, misalnya dalam merespons bencana yang terjadi di Pulau Sumatera hari ini,” ujar Prof. Machasin.
Kepiawaian Prof. Machasin dalam membedah gagasan al-Turāts
wa al-Tajdīd memantik antusiasme peserta. Diskusi pun berlanjut dengan sesi
tanya jawab dan dialog produktif di akhir pembacaan kitab.
(KMP: Moh. Badrus Sholeh)