Dosen Pascasarjana Isi Kuliah Tamu Bahas Industri Halal dan Tren Gaya Hidup Halal dalam Kajian Antropologi

Pada Kamis, 14 April 2022, Dr. Amanah Nurish, M.A seorang antropolog agama dan Budaya sekaligus dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta memaparkan gagasanya mengenai fenomena " Industri Halal dan Trend Global Gaya Hidup Halal Dalam Kajian Antropologi " dalam acara kuliah tamu yang diselenggarakan oleh fakultas Syariah UIN Datokarama Palu, Sulawesi Tengah bertempat di Aula Dakwah. Kuliah tamu ini dihadiri oleh para cendekiawan, peneliti, tokoh agama, tokoh adat, dosen dan mahasiswa UIN Datokarama.

Menurut Dr. Amanah Nurish Industri halal menjadi budaya populer di kalangan masyarakat Muslim, terutama kelas menengah perkotaan, sebagai bagian dari fakta globalisasi. Dalam artikelnya yang diterbitkan di The Jakarta Post, Dr. Nurish berpendapat bahwa "dengan populasi Muslim terbesar setelah Kristen, produk halal adalah 'tambang emas' baru untuk bisnis global yang menjanjikan dan kapitalisme agama Industri menyediakan layanan (Nurish, The Jakarta Post / 28 Februari 2014).

Dalam pemaparanya ia menegaskan bahwa populasi Muslim mengalami perkembangan pesat dan menjadi komunitas agama terbesar kedua didunia tentu menjadi pangsa pasar yang menggiurkan bagi industri produk halal. Kesempatan ini tentu menjadi peluang bagi organisasi masyarakat Muslim untuk mengadakan sertifikasi halal.

Menurut Dr. Nurish industry halal dapat dijelaskan tidak hanya dari perspektif teologis, tetapi juga dari perspektif antropologis. Dalam materi kuliah tamu ini, ia mengangkat pertanyaan kunci dalam forum “Apakah menjamurnya produk halal benar-benar menjamin ketakwaan dan spiritualitas?” Ia juga menambahkan: “Jika produk halal menjadi tren gaya hidup global, umat Islam seharusnya menjadikan Agamanya agar dapat merepresantasikan konsep Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi seluruh alam), yang mewartakan pesan perdamaian dan keadilan, bukan menjadi umat yang eksklusif yang tidak bisa mentolerir perbedaan antar agama.”Jika produk halal hanya dipahami sebagai pola konsumsi dan tren global, maka kapitalis pasar modal akan diuntungkan.

Dr. Amanah Nurish menjelaskan bahwa menurut sebuah studi yang telah diterbitkan Journal of Research on Religion World Economic Forum (2016) bisnis agama memiliki pendapatan tahunan secara global dengan nilai 1,2 triliun dollar lebih dibanding dari 10 perusahaan teknologi teratas dunia, termasuk Apple, Amazon, dan Google. Sebagian besar para pelaku industri produk-produk halal adalah investor dari negara-negara yang berpenduduk non-Muslim seperti Eropa, Amerika Latin, Australia, China, dan Singapura.

Di akhir kuliah tamu ini, Dr. Amanah Nurish menyampaikan beberapa pernyataan penting yang patut dijadikan refleksi . Pertama, ujarnya, “Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia berpotensi memimpin industri halal dalam skala regional dan global. Kedua, industri halal idealnya mampu menyerap tenaga kerja dan menjadi andalan dan peluang kesejahteraan sosial ekonomi, khususnya bagi masyarakat muslim yang hidup dalam kemiskinan. Industri halal dapat menjadi imbauan 'moral' bagi umat Islam untuk memahami Islam secara substansi, bukan Islam formal. Ketiga, munculnya kebutuhan industri halal didorong untuk memiliki “semangat” ekonomi sosialisme daripada sistem ekonomi kapitalisme dan neoliberalisme yang hanya melayani kepentingan kelompok. Jika ditarik ke ranah antropologi, industri halal merupakan budaya konsumsi dan tren perdagangan di abad 21 yang membawa dampak transformasi sosial kultural bagi masyarakat Muslim secara global sehingga perlu didampingi oleh regulasi berbasis Pancasila dalam konteks Indonesia.